Kebanyakan dari kita ingin memiliki pendidikan yang setinggi-tingginya. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan bersekolah. Sekolah merupakan sebuah institusi atau organisasi yang dibangun oleh masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya. Banyak hal yang dapat dipelajari di sekolah sehingga seseorang mendapatkan bekal berupa pengetahuan.
Untuk menciptakan hal tersebut, sekolah haruslah kondusif serta mampu memberikan kesempatan bagi setiap warga sekolah untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya secara optimal. Sekolah yang baik memiliki budaya yang baik pula, sehingga selalu tercipta keadaan yang menunjang proses transfer pengetahuan yang diharapkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan bahwa budaya adalah pikiran, akal budi, serta adat istiadat terkait suatu kebudayaan yang sudah berkembang, menjadi kebiasaan, dan sulit untuk diubah. Dari pengertian ini, dapat disimpulkan jika budaya sekolah adalah adat istiadat maupun kebiasaan yang sudah lahir, berkembang, mengakar, dan sulit diubah yang terjadi di lingkungan sekolah.
Budaya sekolah yang positif akan mendorong seluruh warga sekolah untuk bekerjasama, saling memberikan gagasan, dan kesempatan untuk pembaruan sekolah yang lebih baik. Memiliki budaya sekolah yang baik dapat menciptakan iklim belajar bagi seluruh warga sekolah. Iklim belajar yang dimaksud adalah bahwa kegiatan belajar bukan lagi dianggap membosankan, namun justru menyenangkan.
Terdapat beberapa tujuan dari budaya sekolah yang perlu dilestarikan dalam sebuah sekolah.
Pentingnya budaya sekolah untuk lingkungan perlu mendapatkan dukungan dari seluruh warga sekolah. Berikut adalah beberapa fungsi dari budaya sekolah menurut Peterson.
Hedley Beare membagi budaya sekolah menjadi dua unsur, yaitu unsur kasat mata dan unsur tak kasat mata.
Unsur kasat mata adalah unsur yang dapat termanifestasi secara konseptual terhadap budaya sekolah. Unsur kasat mata terdiri dari:
Unsur tak kasat mata merupakan pandangan dasar sekolah pada kenyataan yang luas, makna hidup, atau yang dianggap penting dan harus diperjuangkan sekolah, seperti rumusan visi, misi, tujuan, dan sasaran.
Djemari Mardapi membagi unsur-unsur budaya sekolah apabila ditinjau dari kualitas pendidikan menjadi tiga, yaitu kultur sekolah positif, negatif, dan netral. Berikut ini rinciannya:
Kultur sekolah positif terdiri dari aktivitas yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, seperti kerja sama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen siswa dalam belajar.
Kultur sekolah negatif merupakan kontra dari kultur sekolah positif. Kultur sekolah negatif resisten terhadap perubahan, misalnya siswa yang takut salah atau bertanya serta siswa yang jarang mengikuti kerja sama untuk memecahkan masalah.
Kultur sekolah netral adalah yang tidak berfokus pada satu sisi tetapi memberikan kontribusi positif pada peningkatan mutu pendidikan. Contohnya adalah arisan Bapak/Ibu guru, seragam guru, dan kegiatan lainnya.
Terdapat beberapa cara agar dapat dilakukan untuk membangun budaya sekolah yang positif.
Salah satu upaya untuk membangun budaya sekolah yang positif adalah dengan memiliki hubungan yang baik antara guru dan siswa. Guru diharapkan dapat menjadi pengontrol aktivitas siswa, mulai dari proses belajar mengajar hingga aktivitas lain di luar proses pembelajaran.
Kesepakatan kelas dibuat untuk membantu guru dan siswa agar dapat membentuk kegiatan pembelajaran yang efektif. Proses pembuatan kesepakatan kelas dilakukan dengan cara menyusun aturan yang jelas dan tidak merugikan beberapa pihak serta memahami harapan antara guru dan siswa.
Selanjutnya, baik guru maupun siswa harus menerapkan budaya disiplin dengan cara mematuhi peraturan dan kesepakatan yang berlaku.
Berikut adalah beberapa contoh budaya sekolah yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Kegiatan membaca atau literasi dilakukan dengan tujuan agar siswa memiliki minat dalam membaca. Buku bacaan yang disediakan harus berisi nilai-nilai budi pekerti nasional, lokal, maupun global. Sekolah dapat mencanangkan kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum atau setelah waktu pelajaran. Kegiatan ini cukup efektif untuk membentuk pribadi siswa yang lebih baik. Pengetahuan siswa pun akan bertambah karena sering membaca buku.
Ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat siswa. Siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat bersosialisasi lebih baik dan akan terbiasa aktif, kreatif, serta memiliki rasa tanggung jawab.
Membiasakan perilaku yang baik dan sopan pada siswa dapat menumbuhkan karakter tersebut bahkan hingga di luar sekolah. Karakter baik dan sopan dinilai sudah terbentuk dalam diri siswa jika mereka telah melakukannya secara spontan.
Tata tertib sekolah disusun untuk memberikan batasan kepada siswa bahkan seluruh warga sekolah dalam melakukan sesuatu. Tidak hanya menyusun tata tertib, namun tata tertib yang telah dibuat diharapkan dapat dipatuhi dengan baik. Contoh tata tertib sekolah misalnya tidak boleh terlambat, harus menggunakan pakaian seragam lengkap, dan lain sebagainya.
Memiliki kegiatan rutin yang dilaksanakan sebelum dan sesudah proses pembelajaran akan membentuk sifat konsisten dan tertib pada siswa maupun guru. Contoh kegiatan rutin ini misalnya upacara bendera setiap hari Senin, membaca doa sebelum melakukan pembelajaran, menyanyikan lagu nasional, dan lain sebagainya.
Demikian informasi terkait budaya sekolah. Semoga kita semua selalu dapat memberikan budaya sekolah yang baik bagi anak didik.
Salah satu budaya sekolah yang baik adalah dengan terus melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat diwujudkan dengan menggunakan teknologi terbaru dalam proses belajar, seperti penggunaan aplikasi ujian online dalam proses penilaian. Aplikasi ujian online dapat memudahkan guru maupun siswa dalam melaksanakan dan mengerjakan ujian. Fitur yang tersedia di dalamnya, akan membuat ujian menjadi lebih efektif dan efisien.