Mengajar memang memerlukan kreativitas dan inovasi yang berkelanjutan. Artinya, sebagai guru, kita tidak bisa hanya melakukan satu inovasi pembelajaran yang kemudian digunakan terus menerus.
Salah satu indikator keberhasilan guru dalam mengajar adalah terkait seberapa besar siswa memahami materi yang disampaikan. Ada banyak jenis pembelajaran yang bisa kita manfaatkan untuk menyampaikan materi di depan kelas sehingga siswa bisa menangkap apa yang coba kita sampaikan. Salah satu yang bisa digunakan adalah pembelajaran berbasis konten. Apa itu pembelajaran berbasis konten? Simak ulasannya hingga akhir ya!
Pembelajaran berbasis konten adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada pemahaman materi atau aspek kognitif siswa. Produk yang dihasilkan dari pembelajaran ini adalah menjadikan siswa agar mampu menjadi penghafal yang handal terkait dengan materi yang telah diterima.
Guru yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konten artinya tengah memberikan pengalaman pada siswa untuk mendalami suatu materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan berdasarkan kurikulum yang digunakan. Apabila pendekatan konten ini dapat berjalan dengan baik. Artinya semua siswa akan dapat menguasai materi dan konsep yang dipelajari.
Tujuan dari digunakannya pembelajaran berbasis konten antara lain:
Adapun manfaat yang bisa diperoleh saat menggunakan pembelajaran berbasis konten adalah sebagai berikut.
Dalam pelaksanaannya, guru akan lebih banyak fokus untuk menyampaikan materi kepada siswa. Adapun metode mengajar yang digunakan dapat menyesuaikan kondisi pada masing-masing kelas. Meski begitu, hasilnya tetap mengacu pada seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.
Siswa hanya perlu menghafal dan memahami materi yang diajarkan, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis.
Soal-soal yang diberikan guru hanya seputar materi yang dipelajari tanpa adanya pengembangan atau relevansi dengan dunia nyata
Materi yang disampaikan hanya berfokus pada apa yang ada di buku. Hal ini terjadi karena sejak awal fokus guru memang memberikan pemahaman siswa sesuai dengan materi.
Siswa dikatakan dapat memahami materi yang disampaikan jika telah berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan. Untuk mendapatkan nilai memuaskan tersebut, maka siswa harus mampu mengerjakan tugas atau soal sesuai dengan materi yang telah diterima.
AKM atau asesmen kompetensi minimum merupakan program yang diselenggarakan Kemendikbud Ristek yang menekankan pada penguasaan kompetensi siswa.
AKM diselenggarakan untuk mengganti kedudukan Ujian Nasional yang sudah dilaksanakan bertahun-tahun sebelumnya. Hal yang ditekankan pada pelaksanaan AKM adalah penguasaan kompetensi siswa.
Adapun kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi literasi (kecakapan membaca) dan numerasi (kecakapan menghitung). Artinya, pembelajaran berbasis konten seperti yang telah dijelaskan di atas tidak begitu relevan pada AKM.
Mengapa? Sebab pada proses belajar mengajar basis ini, guru hanya fokus mengajarkan materi pelajaran tanpa melihat penguasaan kompetensi siswa.
Untuk mengatasi sistem pembelajaran konten yang cenderung kaku dan membosankan, kita bisa mengkolaborasikannya menjadi pembelajaran berbasis konten STEAM dan Loose Part. Apa itu?
STEAM adalah singkatan dari science, technology, engineering, arts, dan math yang merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran dengan mengombinasikan konten sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika.
Dalam pelaksanaannya, guru memang dituntut untuk terampil dalam memanfaatkan bahan ajar yang bersumber dari lingkungan. Melalui pendekatan STEAM ini pembelajaran berbasis konten bisa berubah menjadi pembelajaran yang melibatkan kegiatan bermain sehingga aktivitas belajar jauh lebih menyenangkan.
Adapun komponen pendekatan STEAM adalah sebagai berikut.
Loose part merupakan materi pembelajaran yang menggunakan bahan multiguna dan tidak pernah habis untuk dimanfaatkan.
Bahan loose part dapat bisa dipindahkan, dirangkai, dilepaskan, dan kembali dirangkai ulang. Dengan menggunakan barang multiguna seperti ini, siswa diharapkan mampu meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam proses pembelajaran.
Terdapat tujuh bahan yang dapat dikategorikan sebagai loose part, yaitu bahan dari alam (seperti kayu), logam, benang, plastik, kemasan bekas, kaca atau keramik, dan kain. Melalui bahan tersebut pula, siswa sedang berlatih untuk peduli terhadap lingkungan serta mengetahui cara untuk melestarikannya. Selain itu, siswa juga mendapatkan pengalaman belajar yang cukup berkesan sebab mereka turut terlibat secara langsung di dalamnya.
Itulah informasi terkait pembelajaran berbasis konten. Dari penjelasan di atas, pembelajaran berbasis konten masih sangat relevan diterapkan di zaman ini, namun perlu dikolaborasikan dengan pendekatan lain sehingga siswa tetap nyaman dan senang dalam belajar. Oleh sebab itu, dibutuhkan keterampilan guru dalam mengolah materi pembelajaran tersebut.
Semoga informasi di atas bisa bermanfaat bagi kita semua.
Bagi bapak/ibu guru yang ingin melaksanakan kegiatan ujian, bisa mencoba aplikasi Ujione. Sebuah aplikasi ujian dengan fitur-fitur canggih namun mudah digunakan. Mampu menampung hingga 5000 siswa menjadikan pelaksanakan ujian menggunakan aplikasi ini dapat dilakukan secara serentak. Tertarik menggunakannya? Kunjungi www.ujione.id untuk informasi lebih lanjut. Tersedia juga uji coba gratis selama 30 hari bagi Anda yang ingin mencobanya terlebih dahulu.