Dalam menjalankan proses pembelajaran, selain menyampaikan materi, guru juga memberikan tes sebagai cara untuk mengevaluasi hasil belajar. Terdapat beberapa jenis tes yang dapat dilakukan oleh seorang guru. Salah satu yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi adalah tes diagnostik.
Menurut depdiknas (2007), tes diagnostik adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang ditimbulkan. Tes diagnostik pada proses pembelajaran melingkupi konsep yang luas yang meliputi identifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dalam pembelajaran.
Sedangkan menurut Suwarto (2012: 114) mendefinisikan tes diagnostik sebagai suatu alat yang digunakan untuk mengetahui kelemahan atau miskonsepsi pada suatu topik tertentu dalam proses pembelajaran. Dari hasil tes akan diperoleh masukan terkait respon siswa untuk memperbaiki kelemahannya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan siswa pada mata pelajaran atau topik tertentu. Hasil yang telah terkumpul nantinya akan digunakan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan bagi siswa dapat digunakan sebagai perbaikan perbaikan proses belajar.
Tujuan dari diselenggarakannya tes diagnostik dikelompokkan berdasarkan jenisnya, antara lain:
Manfaat adanya tes diagnostik dapat dirasakan baik oleh guru maupun siswa.
Memudahkan guru dalam mengidentifikasi kelebihan, kelemahan, dan masalah yang dialami siswa dalam mempelajari suatu topik atau mata pelajaran. dengan tes diagnostik guru dapat memperbaiki proses pembelajaran dan menentukan tindakan yang perlu dilakukan setelahnya untuk membantu siswa dalam belajar.
Memberikan informasi kepada siswa terkait kelebihan, kelemahan, dan masalah yang dimilikinya dalam proses pembelajaran. Dengan begitu, siswa dapat memperbaiki proses belajar agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
Tes diagnostik terdiri dari dua jenis, yaitu tes diagnostik kognitif dan non-kognitif.
Tes diagnostik kognitif adalah jenis tes yang dilakukan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dalam topik mata pelajaran tertentu. Tes ini dapat dilakukan secara rutin, saat guru mengenalkan topik pelajaran baru atau setelah selesai menjelaskan dan membahas sebuah topik yang biasa disebut dengan asesmen formatif.
Tes diagnostik kognitif dapat dilakukan pada pertengahan atau akhir semester dalam bentuk ujian yang dikenal dengan sebutan asesmen sumatif.
Tes ini dilaksanakan bukan untuk mengejar target kurikulum, melainkan untuk menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan kemampuan siswa. Dalam pelaksanaannya, tes diagnostik kognitif ini terdiri dari empat tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, diagnosis, dan tindak lanjut.
Tes diagnostik non-kognitif adalah jenis tes yang digunakan untuk mengetahui kondisi psikologis dan emosional siswa sebelum memulai proses pembelajaran. Jenis tes ini juga dapat digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama di rumah, kondisi keluarga dan pergaulan siswa, serta gaya belajar, karakter, dan minat siswa.
Dalam pelaksanaannya, tes diagnostik non-kognitif membutuhkan keterampilan guru dalam bertanya dan membuat pertanyaan. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa dapat memberikan informasi secara detail, terutama yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya, seperti kondisi keluarga dan hubungannya dengan orang tua maupun teman. Tes diagnostik non-kognitif terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Berdasarkan jenis tes yang dilakukan, berikut adalah langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam tes diagnostik.
Pelaksanaan tes diagnostik kognitif dibagi menjadi menjadi empat tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, diagnosis, dan tindak lanjut.
Tahap persiapan meliputi kegiatan membuat jadwal pelaksanaan tes. Setelah itu, guru melakukan identifikasi materi asesmen sesuai dengan kompetensi dasar yang telah disediakan oleh Kemendikbud. Setelahnya, guru akan menyusun pertanyaan sederhana yang meliputi:
Pertanyaan haruslah sesuai dengan topik yang menjadi prasyarat siswa agar dapat mengikuti pembelajaran di jenjang pendidikan sekarang.
Pada tahap pelaksanaan, guru memberikan soal kepada siswa untuk dikerjakan. Soal diberikan untuk seluruh siswa, baik yang belajar secara tatap muka maupun yang belajar dari rumah.
Pada tahap diagnosis dan tindak lanjut, guru akan melakukan kegiatan yang meliputi:
Langkah pelaksanaan tes diagnostik non-kognitif dilakukan dalam tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Guru menyiapkan media belajar berupa gambar-gambar yang mewakili emosi. Misalnya, apa yang sedang dirasakan saat ini? atau bagaimana perasaan saat belajar di rumah? dan lain sebagainya.
Guru juga perlu membuat daftar pertanyaan kunci mengenai aktivitas siswa. Misalnya, apa saja kegiatanmu selama belajar di rumah? atau apa hal yang paling menyenangkan dan tidak menyenangkan ketika belajar di rumah?
Guru meminta siswa untuk mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah dan menjelaskan aktivitasnya. Pada tahap ini guru dapat meminta siswa untuk bercerita secara langsung, menulis, atau menggambarkan aktivitas atau perasaan yang sedang dirasakannya.
Pada tahap terakhir ini, guru dapat melakukan identifikasi kondisi psikologis maupun emosional siswa berdasarkan hasil tes yang diperoleh pada tahap pelaksanaan. Hasil identifikasi digunakan untuk menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Guru juga dapat mengkomunikasikan hasil tes pada siswa maupun orang tua jika diperlukan.
Demikian informasi terkait tes diagnostik, semoga dapat menjadi manfaat.
Bagi bapak/ibu guru yang ingin melaksanakan tes dapat menggunakan aplikasi ujian online, Ujione. Selain praktis karena dapat diakses di perangkat manapun, ujian dengan Ujione juga lebih mudah dan efisien karena fiturnya yang lengkap dan mumpuni. Yuk gunakan sekarang juga!