Pandemi masih belum kunjung berakhir. Masih banyak sektor terdampak, tidak terkecuali pendidikan. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah yang cukup besar bagi instansi pendidikan agar layanan pendidikan tetap berjalan dengan baik.
Awal pandemi, seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan secara penuh secara jarak jauh. Namum, pembelajaran daring ini lambat laun mulai dikeluhkan berbagai pihak, seperti siswa, guru, hingga orang tua. Oleh karena itu, kemendikbud berupaya mencari solusi dengan memberikan arahan kepada instansi pendidikan agar memanfaatkan model pembelajaran blended learning, yaitu metode belajar dimana proses belajar tatap muka yang berpadu dengan proses pembelajaran daring. Blended learning sendiri memiliki beberapa pendekatan salah satunya adalah flipped learning atau flipped classroom (pembelajaran terbalik).
Adakah yang sudah mengenal metode pembelajaran ini? Jika masih ada yang masih bingung, langsung saja simak ulasan lebih detail terkait metode blended learning-flipped classroom.
Menurut Uwes Chaeruman, flipped classroom (pembelajaran terbalik) adalah model pembelajaran di mana siswa diminta untuk mempelajari materi terlebih dahulu sesuai dengan arahan guru guru sebelum proses pembelajaran di kelas dimulai.
Pada pelaksanaan metode flipped classroom, guru didorong untuk mempersiapkan konten materi dalam bentuk modul, handout, video dan tugas yang akan dipelajari siswa di rumah. Selanjutnya, apa yang sudah dipelajari akan dibahas bersama guru di kelas secara mendalam sesuai waktu yang telah disediakan.
Blended learning dengan metode flipped classroom dapat digunakan pada semua mata pelajaran di setiap jenjang satuan pendidikan, melalui perencanaan yang baik sesuai kondisi yang ada. Penerapan blended learning metode flipped classroom dalam proses pembelajaran akan berlangsung lebih akomodatif karena kebutuhan waktu belajar siswa terpenuhi, baik secara jarak jauh maupun tatap muka.
Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk menerapkan metode flipped classroom:
Agar bisa terlaksana dengan baik, pembelajaran menggunakan metode flipped classroom ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan search, find, and curate atau cari, temukan, dan pilih. Kita bisa memanfaatkan search engine (google) untuk mencari, menemukan dan memilih konten yang relevan (link, teks, slide presentasi, video, simulasi, dll).
Sesuai dengan namanya, guru bisa membuat konten sendiri sebagai media pembelajaran. Kita bisa menggunakan authoring tools untuk membuat konten sendiri seperti podcast, talking head, audio presentasi, slide, diktat, dll.
Setelah memiliki konten, langkah selanjutnya tentu membagikan konten kepada siswa. Pada penerapannya, konten bisa disampaikan menggunakan Learning Management System (LMS) tertentu, Google classroom, Schoology, atau Ujione.
Guru melakukan aktivitas pembelajaran dengan memberikan arahan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar guru tetap bisa mengontrol proses pembelajaran meskipun pembelajaran dilakukan secara daring.
Dalam melakukan kegiatan ini, guru bisa melakukannya melalui video conference dan penyampaian materi secara online.
Pembelajaran tatap muka dimaksudkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang belum bisa dilakukan secara daring, seperti demonstrasi, praktikum, dan kegiatan penting lainnya.
Nah demikian penjelasan terkait metode blended learning-flipped classroom. Semoga informasi di atas bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua.
Oh iya, untuk mendukung terselenggaranya metode flipped classroom dengan lebih maksimal, bapak/ibu guru juga bisa menggunakan aplikasi Ujione yang saat ini juga sudah dilengkapi fitur e-learning dan video conference. Happy teaching!