Saat melakukan sebuah penelitian, diperlukan alat yang digunakan untuk mengukur apakah hasil yang didapatkan benar-benar valid dan reliabel.
Hasil penelitian yang valid dan reliabel penting karena akan sangat mempengaruhi kualitas dari penelitian tersebut.
Lalu apa itu validitas dan reliabilitas serta bagaimana cara mengujinya? Ketahui penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), validitas adalah sifat benar berdasarkan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum; sifat valid; kesahihan. Sedangkan menurut Azwar (1986), validitas merupakan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa validitas adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa akurat sebuah metode penelitian dalam proses mengukur apa yang ingin diukur. Penelitian dengan validitas tinggi artinya penelitian tersebut memiliki hasil sesuai sifat, karakteristik, dan variasi nyata.
Sejalan dengan pengertian validitas, maka uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Sebuah penelitian dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika penelitian tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya penelitian tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), reliabilitas berarti ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran; keterandalan. Sedangkan reliabilitas menurut Sugiharto dan Situnjak (2006) merujuk pada pengyang digunakan dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang sebenarnya dilapangan artian bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi.
Dari pengertian tersebut, reliabilitas diartikan sebagai kemampuan mengulang hasil penelitian untuk menghasilkan hasil yang serupa. Reliabilitas merupakan standar keandalan pengukuran, sehingga apabila nilai akurasi yang didapatkan tinggi, artinya penelitian yang dilakukan dapat diandalkan. Semakin tinggi angka reliabilitas, semakin baik pula hasil penelitian yang didapatkan.
Sesuai dengan pengertian reliabilitas, maka uji reliabilitas adalah tes yang dilakukan untuk menilai atau memahami sesuatu yang menjadi objek ukur. Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai rxx mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.700.
Validitas dan reliabilitas berjalan beriringan sehingga peran keduanya tidak dapat dipisahkan begitu saja. Berikut adalah hubungan antara validitas dan reliabilitas yang perlu diketahui.
Hubungan ini berarti hasil asesmen semulanya valid dan benar, akan tetapi jika dilakukan asesmen pada kesempatan selanjutnya, hasilnya akan tidak sama.
Instrumen dan prosedur asesmen sudah benar dan konsisten, namun konsep yang digunakan kurang tepat sehingga menjadi tidak valid.
Uji validitas dan reliabilitas yang mendapatkan penilaian ini disebabkan karena adanya pertanyaan ambigu, perbedaan kultur dan bahasa responden, atau pertanyaan dengan jawaban yang dapat berubah di waktu berbeda.
Untuk mendapatkan penilaian ini, dibutuhkan proses identifikasi yang tepat sesuai objek penelitian dan hasilnya konsisten walaupun berada pada waktu berbeda.
Metode pengujian validitas menggunakan teknik korelasi sebagai berikut.
Perbandingan | Keterangan |
0,60 < ryx 0,80 | Validitas Baik (Tinggi) |
0,40 < rxy 0,60 | Validitas Cukup (Sedang) |
0,20 < rxy 0,40 | Validitas Kurang Baik (Rendah) |
0,00 < rxy 0,20 | Validitas Buruk (Sangat Rendah) |
rxy 0,00 | Validitas Sangat Buruk (Tidak Valid) |
Setelah mengetahui validitas dari sebuah penelitian beserta instrumennya, maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan metode Split Half sebagai berikut.
Seorang dokter menggunakan kuesioner gejala untuk memberi diagnosis pada pasien dengan kondisi medis jangka panjang. Dokter yang lain memakai kuesioner yang sama dan pasien yang sama, tetapi mendapatkan diagnosa berbeda. Hal tersebut artinya kuesioner tersebut mempunyai reliabilitas rendah sebagai tolok ukur kondisi penyakit pasien.
Jika kuesioner tersebut memberi hasil diagnosis yang handal atau sama saat dijawab pada waktu berbeda dan dokter berbeda, maka hal tersebut menunjukkan kuesioner itu punya validitas tinggi sebagai tolok ukur kondisi medis.
Akan tetapi, reliabilitas saja tidak cukup untuk memastikan validitas. Meski sebuah tes dapat diandalkan, tes tersebut mungkin tidak secara akurat dapat mencerminkan situasi sebenarnya.
Sampel cairan diukur suhunya beberapa kali dalam kondisi yang sama. Pengujian menunjukkan termometer menunjukkan suhu yang sama sehingga hasilnya dapat dikatakan reliabel.
Jika termometer menampilkan suhu yang berbeda dalam setiap uji, meski kondisi sama untuk memastikan suhu sampel tetap sama, termometer tersebut mungkin tidak berfungsi dengan baik, artinya pengukurannya tidak valid.
Termometer yang digunakan untuk menguji sampel tersebut memberi hasil yang reliabel. Akan tetapi, termometer belum terkalibrasi dengan benar, kemudian hasil yang didapat dua derajat lebih rendah dari nilai sebenarnya. Artinya, pengukuran tersebut tidak valid.
Demikian penjelasan terkait uji validitas dan reliabilitas, semoga bermanfaat khususnya apabila sedang ingin menjalankan sebuah penelitian.
Bagi bapak/ibu guru yang sedang mencari aplikasi ujian online, dapat menggunakan aplikasi Ujione. Mengandalkan fitur-fitur mumpuni menjadikan pelaksanaan ujian lebih efektif dan efisien. Tertarik menggunakannya? Cari tahu informasi lengkapnya di www.ujione.id.