Siapa yang suka menonton pertunjukan drama? Apa yang membuat kalian tertarik dengan pementasan drama? Apakah tokohnya atau ceritanya?
Nah, baik cerita atau tokoh dalam sebuah drama tidak akan dapat hidup jika tidak ditulis dengan baik. Oleh karena itu, sebelum akhirnya terbentuk drama, teks drama sendiri sangat penting untuk melancarkan acara.
Pada artikel kali ini, akan dijelaskan terkait teks drama mulai dari pengertian, ciri, hingga jenisnya. Jadi, yuk langsung simak penjelasannya di bawah ini!
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Sedangkan teks drama adalah bagian dari bentuk karya sastra yang berisi cerita tentang kehidupan yang dipamerkan atau ditunjukkan dalam bentuk tindakan atau perbuatan. Teks drama digunakan oleh aktor dan aktris dalam membuat gerakan dan dialog pada pementasan drama yang dipertunjukkan kepada banyak orang.
Ciri-ciri teks drama dapat digunakan untuk membedakan teks ini dengan teks lainnya. Selain itu, ciri-ciri drama juga menjadi tanda khusus pembeda dengan karya sastra lainnya. Berikut ini adalah ciri-ciri dari teks drama yang perlu diperhatikan:
Terdapat beberapa unsur teks drama yang perlu diketahui, di antaranya:
Struktur teks drama terdiri dari tiga bagian, meliputi prolog, dialog, dan epilog. Ketiganya bagian merupakan kerangka dari sebuah teks drama. Berikut struktur dari teks drama.
Prolog atau dapat disebut kata pendahuluan atau kata-kata pembuka memiliki peran sebagai pengantar. Prolog biasanya berisi penjelasan gambaran umum tentang tokoh, konflik, latar belakang cerita, atau berbagai hal yang terjadi dalam drama. Dalam sebuah pementasan drama, prolog lebih sering disampaikan oleh narator atau dapat disebut juga dengan dalang. Meski begitu, terkadang prolog juga disampaikan secara khusus oleh tokoh tertentu dalam drama.
Dialog dapat didefinisikan sebagai sebuah percakapan atau pembicaraan antara dua orang atau lebih. Dalam struktur teks drama, dialog memiliki peran yang sangat penting karena sebuah pementasan drama dibangun dengan menggunakan setiap dialog antar tokohnya.
Dalam teks drama, dialog juga dapat menyampaikan gambaran tentang perasaan dari para tokoh. Hal ini yang menjadikan pementasan drama perlu diperankan oleh aktor atau aktris yang dapat menjiwai karakter dan perasaan dari tokoh yang diperankan.Aktor dan aktris juga harus mampu mengucapkan dialog dari tokoh yang diperankan, misalnya menggunakan suara yang sesuai dengan perasaan dan watak dari karakternya.
Dialog dari struktur teks drama memiliki tiga bagian, meliputi orientasi, komplikasi, dan resolusi (denouement). Tiga bagian dialog tersebut kemudian dibagi lagi dalam beberapa babak dan adegan tertentu. Satu babak dalam sebuah teks drama umumnya mengandung cerita tentang sebuah peristiwa besar dalam dialog. Hal itu dapat dilihat dengan munculnya beberapa perubahan atau perkembangan dari peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Sedangkan, adegan dalam sebuah teks drama hanya mencakup satu pilihan-pilihan dialog dari setiap tokoh.
Epilog adalah kata penutup dalam sebuah teks drama. Fungsi dari epilog untuk mengakhiri sebuah pementasan drama. Epilog dalam teks drama umumnya berisi simpulan, amanat, atau isi pokok dari teks drama. Seperti prolog, epilog umumnya juga disampaikan oleh narator atau dalang. Namun karena kebutuhan pementasan, sangat mungkin jika epilog disampaikan oleh tokoh dalam drama tersebut.
Kaidah kebahasaan teks drama yang paling kuat adalah teks yang di dalamnya hampir semua berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Sehingga, kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Berikut adalah kaidah kebahasaan teks drama yang perlu diketahui.
Lomba Memasak
Reni, Ria, Untari, dan Susi sedang duduk-duduk di teras rumah Ria. Di atas meja terhidang minuman dan sepiring pisang goreng. Peristiwa itu terjadi pada suatu sore hari.
Reni: “Bagaimana Ri, kau sudah mendapat ide?”
Ria: (Penuh tanda tanya). “Sebetulnya sudah, tapi… apakah kalian setuju dengan ideku ini?”
Untari dan Susi: (Hampir bersamaan). “Coba katakan, apa idemu?”
Ria: “Begini (diam sebentar). Kita buat saja masakan dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Kebetulan kami panen pisang dan singkong, kemarin. Nah, kita bisa memanfaatkan kedua bahan itu.”
Untari: “Tapi… apakah masakan kita tidak memalukan? Sebab, singkong dan pisang hanya bahan murah.”
Susi: “Benar pendapat Untari, tentunya kelompok kita akan membuat masakan dari bahan yang lebih baik dan lebih mahal.”
Reni: “Tetapi aku setuju dengan pendapat Ria. Dengan bahan yang sederhana kita pun dapat membuat makanan yang enak. Kebetulan kakakku pernah membuat makanan dari bahan singkong dan pisang. Jadi, kita dapat belajar dari dia.”
Ria: “Ya, ibuku pun pernah memasaknya, dan hasilnya… Kami semua senang.”
Untari: (Bernada khawatir). “Tapi… Bagaimana dengan kelompok lain?”
Susi: “Wah, mereka pasti akan memasak makanan yang enak dan mahal.”
Reni: “Ah, makanan mahal belum tentu enak rasanya. Dan kita harus mengingat kemampuan kita.”
Ria: “Betul kata Reni, sebaliknya makanan yang murah belum tentu tidak enak. Maka, sekarang kita putuskan saja, kelompok kita, kelompok II, akan membuat makanan dari bahan singkong dan pisang.”
Reni: “Ya, aku setuju, bagaimana Untari, dan kau Susi?”
Untari: (Bernada pasrah). “Bisa begitu… Ya sudahlah, aku setuju.”
Susi: “Aku juga setuju.”
Itulah penjelasan tentang teks drama, semoga dapat dipahami dan bermanfaat!
Teruntuk bapak/ibu guru yang sedang mencari aplikasi ujian online, dapat menggunakan Ujione. Selain mudah dan praktis, fitur yang ada di dalamnya juga sangat membantu bapak/ibu guru meringankan proses pelaksanaan ujian. Jadi, tunggu apalagi? Gunakan Ujione sekarang!