Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning: (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar

aplikasi ujian online
Appetizing sandwich in hand of student during lunch break

Sebagai bagian dari proses belajar, hasil belajar merupakan pola perubahan yang terjadi secara berkala meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik diperlukan waktu yang panjang. Seorang guru yang menginginkan hasil belajar yang baik bagi siswanya perlu melakukan tindakan-tindakan positif selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran.

Model pembelajaran yang digunakan guru di kelas menjadi salah satu kunci berhasil atau tidaknya sebuah proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat menjadi alternatif adalah Contextual Teaching and Learning (CTL). Secara garis besar, model pembelajaran ini membantu siswa untuk memahami materi ajar dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari sehingga mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dinamis serta fleksibel. 

Berikut akan dibahas secara lebih detail terkait model pembelajaran CTL.

Apa itu Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning?

Menurut Komalasari (2012), model pembelajaran CTL merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengelola, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret dan dapat mengaitkannya dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Pembelajaran yang menerapkan model ini akan sangat memudahkan guru dalam mengaitkan antara materi yang disampaikan dengan situasi yang terjadi di kehidupan nyata. Selain itu model pembelajaran CTL dapat merangsang otak untuk menyusu pola-pola yang mewujudkan sebuah makna, pembelajaran yang cocok dengan otak yang pada dasarnya memang menggabungkan kemampuan akademis dengan kejadian nyata pada kehidupan sehari-hari.

Siswa yang terlibat dalam model pembelajaran ini cenderung akan bersikap aktif sebab guru akan memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan mengalami sendiri. Model pembelajaran CTL juga dapat diterapkan untuk beragam kurikulum dan kelas, bagaimana pun keadaannya.

Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

smiling asian teamwork of yound interior dreative designer portrait stand together hand chest confident and smart team with background of construction home renovate

Terdapat beberapa karakteristik yang melekat pada model pembelajaran CTL, antara lain:

  • Siswa mampu mengaitkan hal-hal yang dipelajari dengan situasi yang terjadi pada kehidupan nyata.
  • Siswa belajar secara aktif, artinya tidak hanya menunggu ‘suapan’ dari guru melainkan bergerak dan mencari tahu sendiri terkait materi yang dipelajari.
  • Siswa mampu mengatur pola belajar guna mencapai tujuan pembelajaran.
  • Guru dan siswa saling berkolaborasi secara efektif. Guru membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan dan bersama dengan siswa menciptakan komunikasi yang baik.
  • Siswa diharapkan mampu memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, mampu menganalisis suatu permasalahan, hingga memecahkannya dengan bukti-bukti yang kuat.
  • Siswa menjadi pribadi dengan karakter yang positif sehingga proses pembelajaran yang terselenggara lebih menyenangkan.
  • Siswa mampu menggambarkan informasi akademik yang telah dipelajari untuk dipublikasikan dalam kehidupan nyata.

Prinsip Dasar Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Menurut Dirjen Dikdasmen Depdiknas 2002 menjelaskan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

  • Pembelajaran seharusnya memiliki keterkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
  • Siswa memiliki pengalaman belajar secara langsung yang didapatkan melalui kegiatan eksplorasi dan penemuan. Pembelajaran dapat berjalan cepat dan efektif jika siswa diberikan kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan kegiatan penelitian secara aktif.
  • Siswa mampu mengaplikasikan fakta, konsep, prinsip, hingga prosedur yang telah dipelajari di dalam kelas untuk memecahkan masalah dan mengerjakan tugas.
  • Siswa diharapkan mampu memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi sehingga dapat menyelesaikan persoalan yang tengah dihadapi.
  • Siswa bersama teman sebayanya menjalin kerjasama, tukar pikiran, tanya jawab, serta berkomunikasi dengan komunikatif dan interaktif.

Komponen Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

FAQ Customer Service Help Support Exclamation Graphic

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning diciptakan dengan tujuan mampu membekali siswa dengan pengetahuan yang dapat ditransfer secara fleksibel dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lain. Pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen yang mendasari pelaksanaan proses pembelajaran.

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan proses penyusunan pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengetahuan terdahulu dan pengalaman belajar yang bermakna. Proses belajar dimulai dari hal-hal apa saja yang telah diketahui siswa. Setelahnya, siswa diharapkan mampu menemukan ide dan pengetahuan, baik konsep atau prinsip baru, menerapkan ide, dan mencari strategi belajar yang efektif untuk mencapai kompetensi dan rasa puas atas penemuannya.

2. Menemukan (Inquiry)

Komponen menemukan dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran siswa diharapkan mampu mencari dan menemukan suatu hal atau ide baru melalui proses berpikir yang dilakukannya. Kegiatan diawali dengan melakukan pengamatan terhadap fenomena, dan dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak lagi hasil dari mengingat seperangkat fakta, akan tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Menurut Trianti (2007), langkah-langkah kegiatan inquiry antara lain merumuskan masalah, mengamati, menganalisis dan menyajikan hasil, serta mengkomunikasikan hasilnya pada teman-teman yang lain.

3. Bertanya (Questioning)

Bertanya adalah awal mula seseorang mendapatkan pengetahuan. Bertanya juga menjadi strategi utama model pembelajaran CTL. Saat bertanya, artinya guru tengah mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam model pembelajaran CTL, guru tidak lagi hanya memberikan materi kepada siswa, namun justru memancing siswa untuk bertanya terkait apa kebingungannya dan menemukan sendiri solusi dari masalah yang dihadapinya. Mulyasa (2009:70) menyebutkan terdapat 6 keterampilan bertanya dalam kegiatan pembelajaran, antara lain pertanyaan yang jelas dan singkat, memberi acuan, memusatkan perhatian, memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan, pemberian kesempatan berpikir, dan pemberian tuntunan.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar adalah suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang terikat dalam kegiatan belajar. Suatu masalah akan sulit dipecahkan jika hanya diselesaikan seorang diri, namun akan berbeda hasilnya jika dikerjakan oleh banyak orang. Konsep seperti ini yang kemudian melekat pada masyarakat belajar. Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Dengan konsep seperti ini, siswa dapat bertukar pengalaman dan pengetahuan dengan teman yang lain. Hasil yang didapatkan pun menjadi lebih baik sebab masalah yang rumit diselesaikan oleh lebih dari satu kepala.

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu contoh yang dapat ditiru. Konsep modeling dalam model pembelajaran CTL menghimbau agar pembelajaran keterampilan dan pengetahuan disertai dengan model yang dapat ditiru siswa. Cara belajar seperti ini lebih cepat diterima siswa karena siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Model yang dimaksud di sini dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberikan contoh dalam mengerjakan sesuatu. Model ini juga dapat dirancang oleh siswa dan tidak harus hanya melibatkan guru.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari sebelumnya dengan cara mengurutkan kembali peristiwa pembelajaran yang telah dilalui. Dalam model pembelajaran CTL, guru diharapkan dapat selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat kembali apa yang telah disampaikan pada akhir proses pembelajaran.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Penilaian nyata merupakan proses yang digunakan guru untuk mengumpulkan informasi terkait perkembangan belajar yang dilakukan. Penilaian nyata diperlukan agar dapat mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, atau apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental. Komponen ini penting mengingat model pembelajaran CTL tidak hanya berfokus pada hasil belajar, namun juga bagaimana proses pengumpulan informasi yang dapat memberikan gambaran terkait perkembangan pengalaman belajar siswa.

Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Menurut Shoimin (2017), terdapat tiga langkah dalam mengimplementasikan model pembelajaran CTL.

1. Pendahuluan

Pendahuluan atau kegiatan awal ini diisi oleh beberapa hal, antara lain:

  • Guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
  • Guru menggali kemampuan awal siswa dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
  • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi yang akan dipelajari.
  • Guru menjelaskan model pembelajaran CTL dan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil.

2. Kegiatan Inti

Tahap ini akan diisi oleh beberapa kegiatan, seperti:

  • Siswa secara berkelompok menyelesaikan permasalah yang diberikan oleh guru. Sedangkan guru sebagai fasilitator bertugas berkeliling dan memandu proses penyelesaian masalah.
  • Setiap wakil kelompok maju ke depan dan mempresentasikan penyelesaian atas masalah yang diberikan.
  • Siswa di dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja yang diberikan oleh guru.
  • Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan memfasilitasi kegiatan diskusi.
  • Setiap kelompok mengirimkan satu wakil untuk kembali mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok lain bertugas memberikan tanggapan kepada kelompok yang sedang berada di depan.
  • Guru melakukan pembahasan terkait permasalahan yang ada dengan tepat.
  • Guru melakukan refleksi dengan cara bertanya kepada siswa terkait hal-hal yang dirasakan siswa, materi apa yang belum dipahami, hingga kesan dan pesan selama mengikuti pembelajaran dengan model CTL.

3. Penutup

Pada kegiatan akhir hal-hal yang dilakukan antara lain:

  • Guru dan siswa secara bersama-sama membuat kesimpulan terkait cara menyelesaikan soal cerita.
  • Siswa mengerjakan lembar tugas yang diberikan guru.
  • Siswa menukarkan lembar tugas satu dengan yang lain. Lembar tugas sekaligus memberi nilai pada lembar tugas sesuai kesepakatan yang telah diambil (dilakukan saat waktu masih tersedia).

Demikianlah informasi terkait model pembelajaran Contextual Teaching and Learning yang ternyata dapat memberikan dampak positif pada siswa, salah satunya yaitu meningkatkan hasil belajar. Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan oleh bapak/ibu guru di dalam kegiatan belajar mengajar.

Bagi bapak/ibu guru yang tengah mencari aplikasi ujian online, bisa menggunakan Ujione. Tanpa perlu menyiapkan server sendiri, aplikasi Ujione langsung dapat digunakan dengan mudah di mana dan kapan saja. Tersedia juga fitur-fitur yang menjadikan proses penilaian lebih mudah dan efisien. Tertarik menggunakannya? Kunjungi www.ujione.id sekarang juga!

Mudah mengadakan ujian online serentak dengan Ujione
Dilengkapi juga dengan Quiz, Tugas serta Bank Soal

Trial 30 Hari. Daftar Sekarang
Aplikasi Ujian Online Berbasi Cloud Buatan Indonesia
Jln Godean KM 4,5. Ruko Godean Permai KAV 3, Sleman, DI Yogyakarta, Indonesia
© Copyright PT Jetorbit Teknologi Indonesia.
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram