Sebagai bagian dari proses belajar, hasil belajar merupakan pola perubahan yang terjadi secara berkala meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik diperlukan waktu yang panjang. Seorang guru yang menginginkan hasil belajar yang baik bagi siswanya perlu melakukan tindakan-tindakan positif selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran.
Model pembelajaran yang digunakan guru di kelas menjadi salah satu kunci berhasil atau tidaknya sebuah proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat menjadi alternatif adalah Contextual Teaching and Learning (CTL). Secara garis besar, model pembelajaran ini membantu siswa untuk memahami materi ajar dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari sehingga mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dinamis serta fleksibel.
Berikut akan dibahas secara lebih detail terkait model pembelajaran CTL.
Menurut Komalasari (2012), model pembelajaran CTL merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengelola, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret dan dapat mengaitkannya dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Pembelajaran yang menerapkan model ini akan sangat memudahkan guru dalam mengaitkan antara materi yang disampaikan dengan situasi yang terjadi di kehidupan nyata. Selain itu model pembelajaran CTL dapat merangsang otak untuk menyusu pola-pola yang mewujudkan sebuah makna, pembelajaran yang cocok dengan otak yang pada dasarnya memang menggabungkan kemampuan akademis dengan kejadian nyata pada kehidupan sehari-hari.
Siswa yang terlibat dalam model pembelajaran ini cenderung akan bersikap aktif sebab guru akan memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan mengalami sendiri. Model pembelajaran CTL juga dapat diterapkan untuk beragam kurikulum dan kelas, bagaimana pun keadaannya.
Terdapat beberapa karakteristik yang melekat pada model pembelajaran CTL, antara lain:
Menurut Dirjen Dikdasmen Depdiknas 2002 menjelaskan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning diciptakan dengan tujuan mampu membekali siswa dengan pengetahuan yang dapat ditransfer secara fleksibel dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lain. Pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen yang mendasari pelaksanaan proses pembelajaran.
Konstruktivisme merupakan proses penyusunan pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengetahuan terdahulu dan pengalaman belajar yang bermakna. Proses belajar dimulai dari hal-hal apa saja yang telah diketahui siswa. Setelahnya, siswa diharapkan mampu menemukan ide dan pengetahuan, baik konsep atau prinsip baru, menerapkan ide, dan mencari strategi belajar yang efektif untuk mencapai kompetensi dan rasa puas atas penemuannya.
Komponen menemukan dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran siswa diharapkan mampu mencari dan menemukan suatu hal atau ide baru melalui proses berpikir yang dilakukannya. Kegiatan diawali dengan melakukan pengamatan terhadap fenomena, dan dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak lagi hasil dari mengingat seperangkat fakta, akan tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Menurut Trianti (2007), langkah-langkah kegiatan inquiry antara lain merumuskan masalah, mengamati, menganalisis dan menyajikan hasil, serta mengkomunikasikan hasilnya pada teman-teman yang lain.
Bertanya adalah awal mula seseorang mendapatkan pengetahuan. Bertanya juga menjadi strategi utama model pembelajaran CTL. Saat bertanya, artinya guru tengah mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam model pembelajaran CTL, guru tidak lagi hanya memberikan materi kepada siswa, namun justru memancing siswa untuk bertanya terkait apa kebingungannya dan menemukan sendiri solusi dari masalah yang dihadapinya. Mulyasa (2009:70) menyebutkan terdapat 6 keterampilan bertanya dalam kegiatan pembelajaran, antara lain pertanyaan yang jelas dan singkat, memberi acuan, memusatkan perhatian, memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan, pemberian kesempatan berpikir, dan pemberian tuntunan.
Masyarakat belajar adalah suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang terikat dalam kegiatan belajar. Suatu masalah akan sulit dipecahkan jika hanya diselesaikan seorang diri, namun akan berbeda hasilnya jika dikerjakan oleh banyak orang. Konsep seperti ini yang kemudian melekat pada masyarakat belajar. Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Dengan konsep seperti ini, siswa dapat bertukar pengalaman dan pengetahuan dengan teman yang lain. Hasil yang didapatkan pun menjadi lebih baik sebab masalah yang rumit diselesaikan oleh lebih dari satu kepala.
Pemodelan merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu contoh yang dapat ditiru. Konsep modeling dalam model pembelajaran CTL menghimbau agar pembelajaran keterampilan dan pengetahuan disertai dengan model yang dapat ditiru siswa. Cara belajar seperti ini lebih cepat diterima siswa karena siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Model yang dimaksud di sini dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberikan contoh dalam mengerjakan sesuatu. Model ini juga dapat dirancang oleh siswa dan tidak harus hanya melibatkan guru.
Refleksi merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari sebelumnya dengan cara mengurutkan kembali peristiwa pembelajaran yang telah dilalui. Dalam model pembelajaran CTL, guru diharapkan dapat selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat kembali apa yang telah disampaikan pada akhir proses pembelajaran.
Penilaian nyata merupakan proses yang digunakan guru untuk mengumpulkan informasi terkait perkembangan belajar yang dilakukan. Penilaian nyata diperlukan agar dapat mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, atau apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental. Komponen ini penting mengingat model pembelajaran CTL tidak hanya berfokus pada hasil belajar, namun juga bagaimana proses pengumpulan informasi yang dapat memberikan gambaran terkait perkembangan pengalaman belajar siswa.
Menurut Shoimin (2017), terdapat tiga langkah dalam mengimplementasikan model pembelajaran CTL.
Pendahuluan atau kegiatan awal ini diisi oleh beberapa hal, antara lain:
Tahap ini akan diisi oleh beberapa kegiatan, seperti:
Pada kegiatan akhir hal-hal yang dilakukan antara lain:
Demikianlah informasi terkait model pembelajaran Contextual Teaching and Learning yang ternyata dapat memberikan dampak positif pada siswa, salah satunya yaitu meningkatkan hasil belajar. Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan oleh bapak/ibu guru di dalam kegiatan belajar mengajar.
Bagi bapak/ibu guru yang tengah mencari aplikasi ujian online, bisa menggunakan Ujione. Tanpa perlu menyiapkan server sendiri, aplikasi Ujione langsung dapat digunakan dengan mudah di mana dan kapan saja. Tersedia juga fitur-fitur yang menjadikan proses penilaian lebih mudah dan efisien. Tertarik menggunakannya? Kunjungi www.ujione.id sekarang juga!