Pada dasarnya pembelajaran tidak hanya sebuah upaya untuk mencerdaskan seseorang, tetapi juga proses menjadikan manusia menjadi pribadi yang lebih baik dan beradab. Dengan belajar manusia diharapkan memiliki nilai-nilai moral yang baik untuk diterapkan dalam kehidupannya. Hal ini kemudian mendorong orang-orang yang terlibat dalam sistem pendidikan untuk mengusahakan level pemahaman seseorang tidak hanya terbatas pada kognitif saja, melainkan hingga level metakognitif.
Nah, pertanyaan selanjutnya, apa itu metakognitif sehingga keberadaannya menjadi penting bagi siswa kita? Berikut adalah ulasannya.
Filosof pendidikan, John H. Flavell, mengemukakan terminologi metakognisi sebagai sebuah pendidikan berbasis psikologi. Artinya siswa yang telah mencapai level metakognitif nantinya diharapkan mampu merenung, menganalisis, serta memahami sebuah cara pandang dan berpikir sehingga diperoleh keputusan yang tepat dan masalah juga bisa diselesaikan dengan lebih efektif.
Sedangkan menurut wikipedia (2008) dalam Chairani (2016:33), metakognitif berasal dari bahasa Inggris yaitu metacognition yang berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu meta dan cognition. Meta dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan after, beyond, with, adjacent, yang berarti setelah. Sedangkan cognition berasal dari bahasa latin “cognoscere” yang berarti mengetahui.
Dari apa yang telah disebutkan di atas, metakognitif bisa dimaknai sebagai kemampuan seseorang dalam mengontrol dan memperhatikan apa yang sedang dipikirkannya. Hal ini bisa membentuk kebiasaan baik pada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya. Dengan pendekatan metakognitif juga, siswa semakin bisa mengenal dirinya dan kebutuhan apa yang diperlukan dalam proses belajarnya sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
Terdapat dua jenis metakognitif yang perlu diketahui, di antaranya:
Menurut Taccasu Project (2008), terdapat beberapa peran metakognitif dalam pembelajaran yang bisa mengembangkan kemampuan metakognitif siswa, di antaranya adalah:
Terdapat 3 proses metakognitif yang dapat dikembangkan untuk mencapai kesuksesan belajar.
Menurut Fitriani (2017:17), langkah-langkah penerapan pendekatan metakognitif dalam kegiatan belajar adalah sebagai berikut.
Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa serta memberikan motivasi sebelum kegiatan belajar dimulai. Hal ini penting agar siswa merasa lebih siap menerima materi. Selain itu, tahap pendahuluan ini juga berisi proses perencanaan pembelajaran, mulai dari menyiapkan materi, media belajar yang diperlukan, juga hal-hal lain yang mendukung proses pembelajaran.
Pada kegiatan inti, guru meminta siswa menyimak materi yang disampaikan dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang sudah disajikan guru, baik melalui lembar kerja ataupun media yang lain. Secara lebih luas, proses yang termasuk dalam kegiatan inti yaitu pemantauan (monitoring), kontrol terhadap aktivitas, mengajukan pertanyaan pada diri sendiri (self question), dan menyuarakan pikiran (think aloud) dalam diskusi kelompok atau dalam presentasi.
Pada tahap ini, guru mengajak siswa yang terlibat proses pembelajaran untuk menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari. Proses yang ada dalam tahap ini meliputi evaluasi (evaluation) siswa terhadap diri sendiri secara tertulis. Selanjutnya, guru menyampaikan informasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
Demikian informasi terkait peran metakognitif dalam pembelajaran yang dapat disampaikan. Semoga ulasan di atas bisa bermanfaat. Semoga, sebagai seorang pengajar, kita tidak lagi memandang sebelah mata terkait pendekatan metakognitif ini, sebab pendekatan ini tidak kalah pentingnya dengan pendekatan kognitif dan pendekatan yang lain.