Mengetahui Bahaya Melakukan Self Diagnosis

aplikasi ujian online

Isu kesehatan mental ramai diperbincangkan belakangan ini. Hal ini karena beberapa orang sudah mulai sadar akan pentingnya menjaga kesehatan mental. Mental yang sehat memengaruhi kesehatan fisik. Namun, yang disayangkan dari hal ini adalah, lambat laun beberapa orang justru kerap melakukan self diagnosis atau diagnosis mandiri.

Self diagnosis berbahaya karena seharusnya kesehatan mental perlu dilakukan oleh seorang profesional, seperti psikolog dan psikiater. Pada artikel kali ini akan disampaikan terkait bahaya melakukan self diagnosis. Simak penjelasan lengkapnya.

Apa Itu Self Diagnosis?

Self diagnosis adalah tindakan mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang didapat secara mandiri. Hal ini kurang tepat dilakukan karena seringkali orang-orang mendiagnosis dirinya memiliki gangguan hanya karena mengacu pada fakta-fakta di internet yang sumbernya tidak kredibel. Seseorang hanya akan cenderung mencocokan gejala yang dirasakan dengan sumber tersebut, dan pada akhirnya akan membuat kesimpulan sendiri yang belum tentu benar.

Oleh karena itu, informasi yang bersumber dari internet tidak dapat dijadikan acuan untuk mendiagnosis diri sendiri, sebelum menemui tenaga ahli dalam bidang tersebut seperti dokter, psikiater, maupun psikolog. Saat seseorang melakukan konsultasi dengan tenaga ahli, maka mereka akan melakukan serangkaian tes dan uji secara ilmiah sebelum akhirnya mendiagnosis gangguan apa yang tengah seseorang idap.

Menurut psikolog Rajnish Mago dari India dikutip dari ITS News, internet bukanlah alat yang tepat untuk dijadikan self diagnosis. Internet lebih tepat digunakan sebagai alat untuk menambah pengertian mengenai gangguan atau penyakit tersebut. 

Seperti Apa Bahaya Self Diagnosis?

Ambil salah satu contoh self diagnosis, misalnya kita merasa cemas dan panik saat berada dalam situasi normal. Nah, berdasarkan informasi yang diperoleh dari internet tanda-tanda kecemasan akan mengarah pada gangguan anxiety disorder. Padahal kemungkinan, kita menderita aritmia jantung atau gangguan irama jantung. Kedua gejala tersebut memang terlihat sama, namun dari segi penanganan sangatlah berbeda. 

Seseorang yang sering melakukan self diagnosis juga dikhawatirkan akan melakukan perawatan sendiri, seperti mengonsumsi obat-obatan yang tidak sesuai dengan gangguan tersebut. Tanpa adanya resep dan anjuran dari dokter, hal tersebut sangat berbahaya karena dapat menimbulkan efek kecanduan.

Bagaimana Self Diagnosis Bisa Terjadi?

Salah satu hal yang menjadikan seseorang melakukan self diagnosis adalah mudahnya akses informasi, khususnya dari internet. Kita bisa mengakses berbagai hal termasuk masalah kesehatan melalui internet. Sehingga apabila kita merasa ada hal yang kurang tepat terjadi pada diri, misalnya masalah kesehatan, langkah awal yang akan dilakukan adalah mencari informasi tentang hal tersebut di mesin pencari (Google). Beragam informasi itulah yang akan menyebabkan kita melakukan self diagnosis.

Selain itu, kurangnya tenaga ahli seperti dokter, psikiater, dan psikolog klinis di Indonesia juga menjadi penyebab terjadinya self diagnosis. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), sebagai negara berkembang pada tahun 2018 Indonesia hanya memiliki 4,27 dokter untuk 10.000 populasi. Jumlah dokter tersebut sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya.

Sedangkan, untuk saat ini, mengutip data dari Ikatan Psikologis Klinis Indonesia, jumlah psikologis klinis sebanyak 2.712 orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Jumlah tersebut masih sangat sedikit mengingat penduduk Indonesia yang mencapai 400 ribu jiwa. Tidak hanya masalah jumlah tenaga ahli, mahalnya biaya untuk berobat juga membuat mereka enggan untuk melakukan konsultasi ke tenaga ahli.

Hal yang lebih parah lagi adalah anggapan masyarakat bahwa jika pergi ke psikolog atau psikiater itu adalah orang gila. Padahal anggapan tersebut tidaklah benar. Mencoba berkonsultasi dengan orang yang profesional akan membantu kita untuk tidak melakukan self diagnosis.

Itulah penjelasan terkait bahaya dari kegiatan self diagnosis. Semoga kita semua tidak melakukannya tanpa bantuan professional ya!

Sekolah atau instansi Anda sedang mencari aplikasi ujian online? Ujione adalah solusinya! Ujione dirancang untuk memudahkan pelaksanaan ujian karena tersedia fitur-fitur mumpuni yang terus di-update secara berkala. Ujian juga menjadi lebih praktis karena bisa dilakukan di perangkat apapun dan dimanapun. Mudah bukan? Jadi, yuk gunakan Ujione sekarang!

Mudah mengadakan ujian online serentak dengan Ujione
Dilengkapi juga dengan Quiz, Tugas serta Bank Soal

Trial 30 Hari. Daftar Sekarang
Aplikasi Ujian Online Berbasi Cloud Buatan Indonesia
Jln Godean KM 4,5. Ruko Godean Permai KAV 3, Sleman, DI Yogyakarta, Indonesia
© Copyright PT Jetorbit Teknologi Indonesia.
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram