Setiap anak atau siswa memiliki gaya belajar yang tidak sama antara satu dan lainnya. Gaya belajar disesuaikan dengan kebutuhan siswa agar lebih mudah dalam memahami suatu materi pembelajaran.
Banyak gaya belajar yang bisa diterapkan siswa dalam proses belajarnya, salah satunya adalah gaya belajar auditori (pendengaran). Mereka yang menggunakan gaya belajar ini adalah orang-orang yang lebih mudah menyerap suatu informasi berdasarkan apa yang didengar.
Gaya belajar merupakan cara yang dilakukan seorang siswa secara konsisten dalam menangkap sebuah informasi, cara mengingat, berpikir, hingga memecahkan persoalan yang muncul dalam proses pembelajaran.
Sementara itu, gaya belajar auditori adalah cara belajar yang menggunakan pendengaran (telinga) untuk menerima informasi serta pengetahuan. Siswa dengan gaya belajar ini cenderung lebih fokus untuk mendengar penjelasan guru tanpa perlu adanya tampilan visual.
Siswa yang memiliki gaya belajar auditori lebih senang mendengarkan ceramah, diskusi, berita di radio, dan juga kaset pembelajaran. Mereka akan merasa senang melakukan kegiatan belajar dengan cara mendengarkan dan berinteraksi dengan orang lain. Namun, untuk bisa fokus dalam proses belajarnya, siswa yang menggunakan gaya belajar ini memerlukan suasana yang kondusif untuk bisa mendengarkan informasi yang benar-benar dibutuhkan.
Dalam pelaksanaannya, gaya belajar auditori memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
Berikut adalah beberapa ciri dari seseorang yang memiliki gaya belajar auditori.
Siswa yang memiliki gaya belajar auditori lebih mudah mengingat informasi dengan cara mendengarkan setiap penjelasan yang disampaikan oleh guru, baik dalam bentuk kalimat maupun angka-angka. Mereka menyerap arti dari komunikasi verbal dengan cepat tanpa harus menuangkannya dalam bentuk gambar. Saat akan menghadapi ujian, mereka lebih senang mendengarkan orang lain, membaca bahan materi atau menulisnya sendiri kemudian membacanya dengan suara keras atau merekamnya dan memutarnya kembali.
Siswa dengan gaya belajar auditori memerlukan stimulus auditori secara terus menerus. Mereka tidak betah dengan kesunyian, sebab jika keadaan terlalu sunyi, mereka merasa tidak nyaman dan akan berusaha memecahkan kesunyian dengan bersenandung, menyanyi, berbisik, berbicara keras-keras, mendengarkan radio, hingga menelepon orang lain. Mereka juga lebih suka membuka percakapan dan mendiskusikan segala sesuatu secara panjang lebar. Dikarenakan siswa auditori senang berinteraksi dengan orang lain, maka dalam proses belajar pun, mereka lebih senang mendengarkan suatu penjelasan lisan, berbicara, atau berdiskusi dibandingkan membaca.
Meski identik dengan suara, siswa dengan gaya belajar auditori tetap akan merasa terganggu jika terjadi keributan. Saat mereka sedang mendengarkan penjelasan guru, maka mereka akan merasa terganggu jika ada suara-suara di sekitarnya. Suara mobil, dengung AC, suara orang yang sedang makan, atau suara kebisingan lain dapat mengganggu konsentrasi belajar mereka. Mereka hanya memprogram diri untuk mendengarkan suara guru atau pikiran mereka sendiri.
Untuk mempercepat proses belajar, siswa yang memiliki gaya belajar auditori harus membaca secara sepintas terlebih dahulu. Mereka perlu membayangkan teks yang ada seperti sebuah film dengan disertai efek suara, aksen dan nada suara, perasaan, dan musik untuk membuat materi menjadi lebih hidup. Mereka biasanya lebih memahami bacaan jika dibaca dengan suara keras. Mereka juga suka menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika sedang membaca. Hal itu dilakukan untuk memudahkan mereka dalam memahami materi dibandingkan hanya sekedar dibaca di dalam hati.
Musik, suara-suara, irama, serta nada suara adalah hal-hal yang paling disukai siswa dengan gaya belajar auditori. Mereka juga memiliki kemampuan sensor kata yang sangat kuat. Mereka sangat peka terhadap suara yang mungkin bagi orang lain tidak berarti sama sekali. Mereka dapat mengingat materi pelajaran dengan film mental, efek suara, musik imajiner, dan dialog-dialog. Tipe auditori merasa terbantu dengan teknik asosiasi semacam ini, terutama dalam mempelajari subjek-subjek abstrak seperti struktur bahasa, pengejaan, kosa kata, bahasa asing atau aljabar, dan lain-lain.
Adapun contoh dari gaya belajar auditori antara lain:
Demikian penjelasan terkait gaya belajar auditori. Jadi apakah kalian termasuk siswa dengan gaya belajar ini?
Bagi instansi pendidikan yang sedang mencari aplikasi ujian online, dapat menggunakan aplikasi Ujione. Berbasis cloud sehingga tidak mengharuskan penggunanya memiliki server sendiri. Sudah langsung bisa digunakan dengan mudah dan praktis. Tersedia juga fitur-fitur untuk mendukung pelaksanaan ujian agar semakin efektif dan efisien.